A. PENDAPAT ALLPORT DALAM MEMBAHAS TENTANG MANUSIA
Allport lebih optimis tentang kodrat manusia, ia memperlihatkan suatu keharuan yang luar biasa terhadap manusia, sifat-sifatnya yang tampaknya bersumber pada masa kanak-kanaknya. Pandangan-pandangan pribadi dan professional dari Allport berbeda dengan pandangan-pandangan Freud dan gambaran kodrat manusia yang diutarakan Allport adalah positif, penuh harapan, dan menyanjung-nyanjung. Karena itu salah satu pendekatan yang berguna terhadap pemahaman segi pendangan psikologis Allportnadalah mengemukakan tema-tema pokok dari teorinya tentang kepribadian dan menunjukkan bagaimana tema-tema itu berbeda dari apa yang terdapat pada Freud.
Allport tidak percaya bahwa orang-orang yang matang dan sehat dikontrol dan dikuasai oleh kekuatan-kekuatan tak sadar, kekuatan-kekuatan yang tidak dapat dilihat dan dipengaruhi. Orang-orang yang sehat tidak ditentukan oleh setan-setan yang ada jauh dalam mereka. Allport percaya bahwa kekuatan-kekuatan tak sadar itu merupakan pengaruh-pengaruh yang penting pada tingkah laku orang-orang dewasa yang neurotis. Akan tetapi individu-individu yang sehat yang berfungsi pada tingkat rasional dan sadar, menyadari sepenuhnya kekuatan-kekuatan yang membimbing mereka dan dapat mengontrol kekuatan-kekuatan itu juga.
Karena Allport megetahui perbedaan-perbedaan antara manusia yang neurotis dan manusia yang sehat ini, maka dia lebih suka mempelajari hanya orang-orang dewasa yang matang dan hanya sedikit saja yang berbicara mengenai orang-orang yang neuritis. Karena itu dapat disimpulkan bahwa system dari Allport hanya berorientasi pada kesehatan.
B. PERKEMBANGAN PROPRIUM SEBAGAI DASAR PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN YANG SEHAT
Allport ingin menghilangkan kontradiksi-kontradiksi dan kekaburan-kekaburan yang terkandung dalam pembicaraan-pembicaraan tentang “diri” dengan membuang kata itu dan menggantikannya dengan suatu kata lain yang akan membedakan konsepnya tantang “diri” dari semua konsep lain. Istilah yang dipilihnya adalah proprium dan dapat didefinisikan dengan memikirkan bentuk sifat “propiate” seperti dalam kata “appropriate”. Proprium menunjuk kepada sesuatu yang dimiliki seseorang atau unik bagi seseorang. Itu berari bahwa proprium (atau self) terdiri dari hal-hal atau proses-proses yang penting dan bersifat pribadi bagi seorang individu, segi-segi yang menentukan seseorang sebagai yang unik.
PERKEMBANGAN PROPRIUM
Proprium itu berkembang dari masa bayi samapai masa adolesensi melalui tujuh tingkat “diri”. Apabila semua segi perkembangan telah muncul sepenuhnya, maka segi-segi tersebut dipersatukan dalam satu konsep “proprium”. Jadi proprium adalah susunan dari tujuh tingkat “diri” ini. Munculnya proprium merupakan suatu prasyarat untuk suatu kepribadian yang sehat.
1. “Diri” jasmaniah : kita tidak dilahirkan dengan suatu perasaan tentang diri; perasaan tentang diri bukan merupakan bagian dari warisan keturunan kita. Bayi tidak dapat membedakan antar diri (“saya”) dan dunia sekitarnya. Berangsur-angsur, dengan makin bertambah kompleksnya belajar dan pengalamn-pengalaman perceptual, maka berkembanglah suatu perbedaan yang kabur antara sesuatu yang ada “dalam saya” dan hal-hali lain “diluarnya”. Ketika bayi menyentuh, melihat, mendengar dirinya, orang-orang lain, dan benda-benda, perbedaan itu muncul lebih jelas. Kira-kira pada usia 15 bulan, maka muncullah tingkat pertama perkembangan proprium-diri jasmaniah.
2. Identitas-diri : anak mulai sadar akan identitasnya yang berlangsung terus sebagai orang yang terpisah. Anak mempelajari namanya, menyadari bahwa bayangan dalam cermin hari ini adalah bayangan dari orang yang sama seperti yang dilihatnya kemarin, dan percaya bahwa perasaan tentang “saya” atau “diri: tetap bertahan dalam menghadapi pengalaman-pengalaman yang berubah-ubah. Allport berpendapat bahwa segi yang sangat penting dalam identitas diri adalah nama orang. Nama itu menjadi lambing dari kehidupan seseorang yang mengenal dirinya dan membedakannya dari semua diri yang lain di dunia.
3. Harga-diri : hal ini menyangkut perasaan bangga dari anak sebagai suatu hasil dari belajar mengerjakan benda-benda atas usahanya sendiri. Pada tingkat ini, anak ingin membuat benda-benda, menyelidiki dan memuaskan perasaan ingin tahunya tentang lingkungan, memanipulasi dan mengubah lingkungan itu. Allport percaya bahwa hal ini merupakan suatu tingkatan perkembangan yang menentukan apabila orangtua menghalangi kebutuhan anak untuk menyelidiki maka perasaan harga diri yang timbul dapat dirusakkan. Akibatnya, dapat timbul perasaan dihina dan marah. Initinya dalaah kebutuhan anak akan otonomi. Hal ini terlihat dalam tingkah lakunya yang negative sekitar 2 tahun, ketika anak kelihatannya selalu menaentang segala sesuatu yang dikehendaki orangtua untuk dilakukannya. Kemudian sekitar 6 atau 7 tahun harga diri ditentukan oleh semangat bersaing dengan kawan-kawan sebayanya.
4. Perluasan diri (self extension) : mulai sekitar usia 4 tahun. Anak mulai menyadari orang-orang lain dan benda-benda lingkungannya dan fakta bahwa beberapa diantaranya adalah milik anak tersebut. Anak berbicara tentang “rumahku” atau “sekolahku”. Anak mempelajari arti dan nilai dari milik seperti terungkap dalam kata yang bagus sekali “kepunyaanku”. Meskipun dalam usia ini, lingkaran benda-benda dan orang-orang seperti terungkap dengan kata “kepunyaanku” terbatas, namun proses yang menyebabkan kesatuan-kesatuan yang lebih luas menjadi “kepunyaanku” sekarang terbentuk. Ini permulaan dari kemampuan orang untuk memperpanjang dan memperluas dirinya, untuk memasukkan tidak hanya benda-benda tetapi juga abstraksi-abstraksi, nilai-nilai, dan kepercayaan-kepercayaan.
5. Gambaran diri : hal ini menujukkan bagaimana anak melihat dirinya dan pendapatnya tentang dirinya. Gambaran ini berkembang dari interaksi-interaksi antara orangtua dan anak. Lewat pujian atau hukuman, anak belajar bahwa orangtuanya mengharapkannya supaya menampilkan tingkah laku tertentu dan menjauhi tingkah laku yang lain. Orangtua dapat menyebutkan anak itu “baik” sebagai reaksi terhadap beberapa tingkah laku dan “buruk” sebagai reaksi terhadap tingkah laku lain.
6. Diri sebagai Pelaku Rasional : setelah anak mulai sekolah, diri sebagai pelaku rasional ini mulai muncul. Aturan-aturan dan harapan-harapan baru dipelajari guru-guru dan teman-teman sekolah serta hal yang lebih penting ialah diberikannya aktivitas-aktivitas dan tantangan-tantangan intelektual. Anak belajar bahwa dia dapat memecahkan masalah-masalah dengan menggunakan proses-proses yang logis dan rasional.
7. Perjuangan proprium (propriate striving) :dalam masa adolesensi,ini adalah tingkatan terakhir dalam perkembangan diri. Allport percaya bahwa masa adolesensi merupakan suatu masa yang sangat menentukan. Orang sibuk dalam mencari identitas diri yang baru, sangat berbeda dari identitas diri ada usia 2 tahun. Pertanyaan “siapakah saya” adalah sangat penting. Karena didorong dan ditarik dalam arah-arah berbeda oleh orangtua dan kawan-kawan sebaya, anak remaja itu mengadakan percobaan dengan kedok-kedok dan kepribadian orang dewasa.
Allport lebih optimis tentang kodrat manusia, ia memperlihatkan suatu keharuan yang luar biasa terhadap manusia, sifat-sifatnya yang tampaknya bersumber pada masa kanak-kanaknya. Pandangan-pandangan pribadi dan professional dari Allport berbeda dengan pandangan-pandangan Freud dan gambaran kodrat manusia yang diutarakan Allport adalah positif, penuh harapan, dan menyanjung-nyanjung. Karena itu salah satu pendekatan yang berguna terhadap pemahaman segi pendangan psikologis Allportnadalah mengemukakan tema-tema pokok dari teorinya tentang kepribadian dan menunjukkan bagaimana tema-tema itu berbeda dari apa yang terdapat pada Freud.
Allport tidak percaya bahwa orang-orang yang matang dan sehat dikontrol dan dikuasai oleh kekuatan-kekuatan tak sadar, kekuatan-kekuatan yang tidak dapat dilihat dan dipengaruhi. Orang-orang yang sehat tidak ditentukan oleh setan-setan yang ada jauh dalam mereka. Allport percaya bahwa kekuatan-kekuatan tak sadar itu merupakan pengaruh-pengaruh yang penting pada tingkah laku orang-orang dewasa yang neurotis. Akan tetapi individu-individu yang sehat yang berfungsi pada tingkat rasional dan sadar, menyadari sepenuhnya kekuatan-kekuatan yang membimbing mereka dan dapat mengontrol kekuatan-kekuatan itu juga.
Karena Allport megetahui perbedaan-perbedaan antara manusia yang neurotis dan manusia yang sehat ini, maka dia lebih suka mempelajari hanya orang-orang dewasa yang matang dan hanya sedikit saja yang berbicara mengenai orang-orang yang neuritis. Karena itu dapat disimpulkan bahwa system dari Allport hanya berorientasi pada kesehatan.
B. PERKEMBANGAN PROPRIUM SEBAGAI DASAR PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN YANG SEHAT
Allport ingin menghilangkan kontradiksi-kontradiksi dan kekaburan-kekaburan yang terkandung dalam pembicaraan-pembicaraan tentang “diri” dengan membuang kata itu dan menggantikannya dengan suatu kata lain yang akan membedakan konsepnya tantang “diri” dari semua konsep lain. Istilah yang dipilihnya adalah proprium dan dapat didefinisikan dengan memikirkan bentuk sifat “propiate” seperti dalam kata “appropriate”. Proprium menunjuk kepada sesuatu yang dimiliki seseorang atau unik bagi seseorang. Itu berari bahwa proprium (atau self) terdiri dari hal-hal atau proses-proses yang penting dan bersifat pribadi bagi seorang individu, segi-segi yang menentukan seseorang sebagai yang unik.
PERKEMBANGAN PROPRIUM
Proprium itu berkembang dari masa bayi samapai masa adolesensi melalui tujuh tingkat “diri”. Apabila semua segi perkembangan telah muncul sepenuhnya, maka segi-segi tersebut dipersatukan dalam satu konsep “proprium”. Jadi proprium adalah susunan dari tujuh tingkat “diri” ini. Munculnya proprium merupakan suatu prasyarat untuk suatu kepribadian yang sehat.
1. “Diri” jasmaniah : kita tidak dilahirkan dengan suatu perasaan tentang diri; perasaan tentang diri bukan merupakan bagian dari warisan keturunan kita. Bayi tidak dapat membedakan antar diri (“saya”) dan dunia sekitarnya. Berangsur-angsur, dengan makin bertambah kompleksnya belajar dan pengalamn-pengalaman perceptual, maka berkembanglah suatu perbedaan yang kabur antara sesuatu yang ada “dalam saya” dan hal-hali lain “diluarnya”. Ketika bayi menyentuh, melihat, mendengar dirinya, orang-orang lain, dan benda-benda, perbedaan itu muncul lebih jelas. Kira-kira pada usia 15 bulan, maka muncullah tingkat pertama perkembangan proprium-diri jasmaniah.
2. Identitas-diri : anak mulai sadar akan identitasnya yang berlangsung terus sebagai orang yang terpisah. Anak mempelajari namanya, menyadari bahwa bayangan dalam cermin hari ini adalah bayangan dari orang yang sama seperti yang dilihatnya kemarin, dan percaya bahwa perasaan tentang “saya” atau “diri: tetap bertahan dalam menghadapi pengalaman-pengalaman yang berubah-ubah. Allport berpendapat bahwa segi yang sangat penting dalam identitas diri adalah nama orang. Nama itu menjadi lambing dari kehidupan seseorang yang mengenal dirinya dan membedakannya dari semua diri yang lain di dunia.
3. Harga-diri : hal ini menyangkut perasaan bangga dari anak sebagai suatu hasil dari belajar mengerjakan benda-benda atas usahanya sendiri. Pada tingkat ini, anak ingin membuat benda-benda, menyelidiki dan memuaskan perasaan ingin tahunya tentang lingkungan, memanipulasi dan mengubah lingkungan itu. Allport percaya bahwa hal ini merupakan suatu tingkatan perkembangan yang menentukan apabila orangtua menghalangi kebutuhan anak untuk menyelidiki maka perasaan harga diri yang timbul dapat dirusakkan. Akibatnya, dapat timbul perasaan dihina dan marah. Initinya dalaah kebutuhan anak akan otonomi. Hal ini terlihat dalam tingkah lakunya yang negative sekitar 2 tahun, ketika anak kelihatannya selalu menaentang segala sesuatu yang dikehendaki orangtua untuk dilakukannya. Kemudian sekitar 6 atau 7 tahun harga diri ditentukan oleh semangat bersaing dengan kawan-kawan sebayanya.
4. Perluasan diri (self extension) : mulai sekitar usia 4 tahun. Anak mulai menyadari orang-orang lain dan benda-benda lingkungannya dan fakta bahwa beberapa diantaranya adalah milik anak tersebut. Anak berbicara tentang “rumahku” atau “sekolahku”. Anak mempelajari arti dan nilai dari milik seperti terungkap dalam kata yang bagus sekali “kepunyaanku”. Meskipun dalam usia ini, lingkaran benda-benda dan orang-orang seperti terungkap dengan kata “kepunyaanku” terbatas, namun proses yang menyebabkan kesatuan-kesatuan yang lebih luas menjadi “kepunyaanku” sekarang terbentuk. Ini permulaan dari kemampuan orang untuk memperpanjang dan memperluas dirinya, untuk memasukkan tidak hanya benda-benda tetapi juga abstraksi-abstraksi, nilai-nilai, dan kepercayaan-kepercayaan.
5. Gambaran diri : hal ini menujukkan bagaimana anak melihat dirinya dan pendapatnya tentang dirinya. Gambaran ini berkembang dari interaksi-interaksi antara orangtua dan anak. Lewat pujian atau hukuman, anak belajar bahwa orangtuanya mengharapkannya supaya menampilkan tingkah laku tertentu dan menjauhi tingkah laku yang lain. Orangtua dapat menyebutkan anak itu “baik” sebagai reaksi terhadap beberapa tingkah laku dan “buruk” sebagai reaksi terhadap tingkah laku lain.
6. Diri sebagai Pelaku Rasional : setelah anak mulai sekolah, diri sebagai pelaku rasional ini mulai muncul. Aturan-aturan dan harapan-harapan baru dipelajari guru-guru dan teman-teman sekolah serta hal yang lebih penting ialah diberikannya aktivitas-aktivitas dan tantangan-tantangan intelektual. Anak belajar bahwa dia dapat memecahkan masalah-masalah dengan menggunakan proses-proses yang logis dan rasional.
7. Perjuangan proprium (propriate striving) :dalam masa adolesensi,ini adalah tingkatan terakhir dalam perkembangan diri. Allport percaya bahwa masa adolesensi merupakan suatu masa yang sangat menentukan. Orang sibuk dalam mencari identitas diri yang baru, sangat berbeda dari identitas diri ada usia 2 tahun. Pertanyaan “siapakah saya” adalah sangat penting. Karena didorong dan ditarik dalam arah-arah berbeda oleh orangtua dan kawan-kawan sebaya, anak remaja itu mengadakan percobaan dengan kedok-kedok dan kepribadian orang dewasa.
C. CIRI-CIRI KEPRIBADIAN YANG MATANG MENURUT ALLPORT
1. Perluasan Perasaan Diri
Ketika diri berkembang, maka diri itu meluas menjangkau banyak orang dan benda. Mula-mula diri berpusat hanya pada individu. Ketika orang menjadi matang, dia mengembangkan perhatian-perhatian di luar diri. Akan tetapi, tidak cukup hanya berinteraksi dengan sesuatu atau seseorang di luar diri, seperti pekerjaan. Orang harus menjadi partisipan yang langsung dan penuh. Allport menamakan hal ini “partisipasi otentik yang dilakukan oelh orang dalam beberapa suasana yang penting dari usaha manusia.
Dalam pandangan Allport, suatu aktivitas harus relevan dan penting bagi orang itu. Apabila anda mengerjakan suatu pekerjaan karena anda percaya bahwa pekerjaan itu penting, karena pekerjaan itu menantang kemampuan-kemampuan anda, atau karena mengerjakan pekerjaan itu sebaik-baiknya embuat nada merasa enak, maka anda merupakan seorang partisipan yang otentik dalam pekerjaan itu. Aktivitas itu lebih berarti bagi anda daripada pendapatan yang diperoleh.
2. Hubungan Diri yang Hangat dengan Orang-Orang Lain
Allport membedakan dua macam kehangatan dalam hubungan dengan orang-orang lain : kapasitas untuk keintiman dan kapasitas untuk perasaan haru.
Orang-orang yang sehat secara psikologis mampu memperlihatkan keintiman (cinta) terhadap orangtua, anak, partner, atau teman akrab. Apa yang dihasilkan oleh kapasitas untuk keintiman ini adalah suatu perasaan perluasan diri yang berkembang biak. Syarat lain bagi kapasitas untuk keintiman adalah suatu perasaan identitas diri yang berkembang dengan baik.
Perasaan terharu, tipe kehangatan yang kedua adalah suatu pemahaman tentang kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan dengan semua bangsa. Orang yang sehat memiliki kapasitas untuk memahami kesakitan-kesakitan, penderitaan-penderitaan, ketakutan-ketakutan, dan kegagalan-kegagalan yang merupakan ciri kehidupan manusia.
Sebagai hasil dari kapasitas untuk perasaan terharu, keperibadian yang matang sabar tehadap tingkah laku orang-orang lain yang tidak mengadili atau menghukumnya. Orang yang sehat menerima kelemahan-kelemahan manusia, dan mengetahui bahwa dia memiliki kelemahan-kelemahan yang sama.
3. Keamanan Emosional
Sifat dari kepribadian yang sehat ini meliputi beberapa kuakitas. Kualita syang utama adalah penerimaan diri. Kepribadian-kepribadian yang sehat mampu menerima semua segi dari mereka, termasuk kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan tersebut.
Kepribadian-kepribadian yang sehat juga mampu menerima emosi-emosi manusia. Kepribadian-kepribadian yang sehat mengontrol emosi-emosi mereka, sehingga emosi-emosi ini ntidak mengganggu aktivitas-aktivitas antarpribadi. Kontrol ini bukan merupakan represi tetapi emosi-emosi diarahkan kembali ke dalam saluran-saluran yang kebih konstriktif.akan tetapi orang-orang yang neurotis menyerah pada emosi apa saja yang dominan pada saat itu. Berkali-kali memperlihatkan kemarahan atau kebencian, betapapun perasaan-perasaan ini mungkin tidak tepat.
Kualitas lain dari keamanan emosional adalah apa yang disebut Allport “sabar terhadap kekecewaan”. Hal ini menunjukkan bagaimana seseorang bereaksi terhadap tekanan dan terhadap hambatan dari kemauan-kemauan dan keinginan-keinginan. Orangt-orang yang matang tidak dapat begitu sabar terhadap kekecewaan, tidak dapat begitu menerima diri, atau tidak dapat begitu banyak mengontrol diri mereka, jika mereka tidak merasakan suatu perasaan dasar akan keamanan. Mereka telah belajar menghadapi ketakutan-ketakutan hidup dan ancaman-ancaman terhadap ego dengan perasaan seimbang dan mereka telah mengetahui bahwa tekanan-tekanan itu tidak selalu menimbulkan mala petaka.
4. Persepsi Realistis
Orang-orang yang sehat memandang dunia mereka secara objektif. Sebaliknya, orang yang neurotis sering kali harus mengubah realitas supaya membuatnya sesuai dengan keinginan-keinginan, kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan-ketakutan mereka sendiri. Orang-orang yang sehat tidak perlu percaya bahwa orang-orang lain atau situasi-situasi semuanya jahat atau semuanya baik menurut suatu prasangka pribadi terhadap realitas. Mereka menerima realitas sebagaimana adanya.
5. Keterampilan-keterampilan dan Tugas-tugas
Allport menekankan pentingnya pekerjaaan dan perlunya menenggelamkan diri sendiri di dalamnya. Keberhasilan dalam pekerjaan menunjukan perkembangan keterampilan dan bakat tertentu sesuai dengan kemampuan. Tetapi tidaklah cukup hanya memiliki keterampilan yang relevan, kita harus menggunakan keterampilan itu secara ikhlas, antusias, melibatkan dan menempatkan diri sepenuhnya dalam pekerjaan kita.
Allport mengemukakan bahwa ada kemungkinan orang yang memiliki keterampilan menjadi neurotis. Akan tetapi tidak mungkin menemukan orang-orang yang sehat dan matang yang tidak mengarahkan keterampilan mereka pada pekerjaan mereka. Allport mengutip apa yang dikatakan oleh Harvey Cushing ahli bedah otak yang terkenal, “satu-satunya cara untuk melangsungkan kehidupan adalah menyelesaikan suatu tugas.”pekerjaan dan tanggung jawab memberikan arti dan perasaan kontinuitas untuk hidup.
6. Pemahaman Diri
Usaha untuk mengetahui diri secara objektif mulai pada awal kehidupan dan tidak akan pernah beerhenti tetapi ada kemungkinan mencapai suatu tingkat pemahaman diri (self-objectification) tertentu yang berguna dalam setiap usia. Kepribadian yang sehat mencapai suatu tingkat pemahaman diri yang lebih tinggi daripada orang yang neurotis.
Pengenalan diri yang memadai menuntut pemahaman tentang hubungan atau perbedaan antara gamabaran tentang diri yang dimiliki seseorang dengan dirinya menurut keadaan yang sesungguhnya.
Hubungan lain yang penting adalah hubungan antara apa yang dipikirkan seseorang tentang dirinya dan apa yang dipikirkan orang-orang lain tentang dirinya itu. Orang yang sehat terbuka pada pendapat orang lain dalam merumuskan suatu gambaran diri yang objektif.
Orang memiliki suatu tingkat pemahaman diri yang tinggi tidak mungkin memproyeksikan kualitas-kualitas pribadinya yang negatif kepada orang-orang lain, Allport juga mengemukakan bahwa orang yang memiliki wawasan diri yang lebih baik adalah lebih cerdas daripada orang yang memiliki wawasan yang kurang.
7. Filsafat Hidup yang Mempersatukan
Allport menyebutkan dorongan yang mempersatukan “arah”, dan lebih terlihat pada kepribadian yang sehat daripada orang neurotis. Arah itu membimbing semua segi kehidupan seseorang menuju suatu tujuan serta memberikan orang itu suatu alasan untuk hidup. Kita membutuhkan tarikan yang tetap dari tujuan-tujuan yang berarti. Jadi, bagi Allport rupanya mustahil memiliki suatu kepribadian yang sehat tanpa aspirasi-aspirasi dan arah ke masa depan. Allport menekankan bahwa nilai-nilai adalah sangat penting bagi perkembangan suatu filsafat hidup yang mempersatukan.
Memiliki nilai-nilai yang kuat, jelas memisahkan orang yang sehat dari orang yang neurotis. Orang yang neurotis tidak memiliki nilai-nilai atau hanya memiliki nilai-nilai yang terpecah-pecah dan bersifat sementara. Nilai-nilai dari orang yang neurotis tidak tetap atau tidak cukup kuat untuk mengikat atau mempersatukan semua segi kehidupan.
Allport mengemukakan perbedaan antara suaru hati yang matang dan suara hati yang tidak matang. Suatu suara hati yang tidak matang sama seperti suara hati kanak-kanak, yang patuh dan membudak, penuh dengan pembatasan-pembatasan dan larangan-larangan yang dibawa dari masa kanak-kanak ke dalam masa dewasa. Suara hati yang tidak matang bercirikan perasaan “harus” dan bukan “sebaiknya”. Dengan kata lain, orang yang sehat berkata, “saya sebaiknya bertingkah laku begini”, dan orang tidak sehat berkata, “saya sebaiknya bertingkah laku begini”. Suara hati yang matang adalah suatu perasaan kewajiban dan tanggung jawab kepada diri sendiri dan kepada orang lain.
D. PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN SELF MENURUT ROGERS
Dalam masa kecil, anak mulai membedakan salah satu degi pengalamannya dari semua dan lain-lainnya. Anak itu mengembangkan kemampuan untuk membedakan antara apa yang menjadi bagian dari dirinya dan semua benda yang dilihat, didengar, diraba, dan diciumnya ketika ia mulai membentuk suatu lukisan dan gambaran tentang siapa dia. Dengan kata lain anak itu mengembangkan suatu pengertian diri (self concept).
Sebagai bagian dari self concept, anak itu juga menggambarkan dia akan menjadi siapa. Gambaran-gambaran itu dibentuk sebagai suatu akibat dari bertambah kompleksnya interaksi dengan orang lain. Cara-cara khusus bagaimana diri itu berkembang dan apakah dia akan menjadi sehat atau tidak tergantung pada cinta yang diterima anak itu pada masa kecil. Pada waktu diri itu mulai berkembang, anak itu juga belajar membutuhkan cinta. Rogers menyebut kebutuhan ini “Penghargaan Positif” (positive regard).
Self-concept yang berkembang dari anak itu sangat dipengaruhi oleh ibu. Anak itu mengamati suatu celaan sebagai suatu celaan yang luas dan tersebar dalam setiap segi dari adanya. Anak itu menjadi peka terhadap setiap tanda penolakan dan segera merencanakan tingkah lakunya menurut reaksi yang diharapkan akan diberikan.
E. PERANAN POSITIF REGARDS DALAM KEPRIBADIAN INDIVIDU MENURUT ROGERS
Suatu kebutuhan yang memaksa dimiliki semua manusia selalu mencari positive regard. Tapi, tidak semua anak yang cukup puas akan kebutuhan ini. Anak puas kalau ia menerima kasih saying, cinta dan persetujuan.anak tersebut harus bekerja keras untuk positive regard dengan mengorbankan aktualisasi diri. Anak dalam situasi ini mengembangkan “penghargaan positif bersyarat”. Kasih sayang dan cinta yang diterima anak adalah syarat terhadap tingkah lakunya yang baik. Syarat utama bagi timbulnya kepribadian sehat adalah penerimaan “penghargaan positif tanpa syarat” pada masa kecil. Ini berkembang apabila ibu memberikan cinta dan kasih sayang tanpa memperhatikan bagaimana anak bertingkah laku.
F. CIRI-CIRI ORANG YANG BERFUNGSI SEPENUHNYA
Menurut Rogers ada 5 ciri orang yang berfungsi sepenuhnya, yaitu :
1. Keterbukaan dan Pangalaman
Keterbukaan pada pengalaman adalah sifat yang defensive. Setiap pendirian dan perasaan berasal dari dalam dan luar disampaikna ke sistem syaraf organisme tanpa rintangan. Orang yang berfungsi sepenuhnya dapat dikatakan lebih emosional dalam pengertian bahwa dia mengalami banyak emosi yang bersifat positif dan negatif dan mengalami emosi-emosi itu lebih kuat daripada orang yang defensive.
2. Kehidupan Eksistensial
Rogers percaya bahwa kualitas dari kehidupan yang eksistensial merupakan segi yang sangat esensial dan kepribadian yang sehat. Kepribadian terbuka kepada segala sesuatu yang terjadi pada momen itu dan dia menemukan dalam setiap pengalaman suatu struktur yang dapat berubah dengan mudah sebagai proses suatu struktur yang dapat berubah dengan mudah sebagai respon atas pengalaman momen yang berikutnya.
3. Kepercayaan Terhadap Organisme Orang Sendiri
Bertingkah laku menurut apa yang dirasa benar, merupakan pedoman yang sangat dapat diandalkan dalam memutuskan suatu tindakan, lebih dapat diandalkan daripada faktor-faktor rasional atau intelektual. Rogers membandingkan kepribadian yang sehat dengan sebuah komputer di mana sebuah data yang relevan telah diprogramkan ke dalamnya. Komputer itu mempertimbangkan semua segi masalah, semua pilihan dan pengaruh-pengaruhnya, dan dengan cepat menentukan tindakan.
Orang yang defensif membuat keputusan menurut larangan-larangan yang membimbing tingkah lakunya. Karena orang yang defensif tidak mengalami sepenuhnya, maka ia tidak memiliki data yang lengkap dan tepat tentang semua segi dari suatu situasi.
4. Perasaan Bebas
Rogers percaya bahwa semakin seorang sehat secara psikologis, semakin juga ia mengalami kebebasan untuk memilih dan bertindak.
Orang yang defensif tidak memiliki perasaan-perasaan bebas. Orang ini tidak dapat memutuskan untuk bertingkah laku dengan cara tertentu, namun tidak dapat mewujudkan pilihan bebas itu ke dalam tingkah laku yang aktual.
5. Kreativitas
Semua orang yang berfungsi sepenuhnya sangat kreatif. Orang-orang yang terbuka sepenuhnya kepadas semua pengalaman, yang percaya akan organisme mereka sendiri, yang fleksibel dalam keputusan serta tindakan mereka ialah orang-orang yang akan mengungkapkan siri mereka dalam produk yang kreatif dan kehidupan kreatif dalam semua bidang kehidupan mereka.
Rogers percaya bahwa orang-orang yang berfungsi sepenuhnya lebih mampu menyesuaikan diri dan bertahan terhadap perubahan yang drastis dalam kondisi lingkungan. Mereka memiliki kreativitas dan spontanitas untuk menggulangi perubahan traumatis.
SUMBER:
PSIKOLOGI PERTUMBUHAN PENGARANG DUANE SCHULTS
2 komentar:
mantab juga ni ra
yuhu...
panjangkan put ?
Posting Komentar