BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Kamis, 15 April 2010

PENILAIAN MEMBACA DISLEKSIA

Membaca dinilai berdasarkan analisis, kefasihan dan pemahaman. Tes yang dapat digunakan untuk menilai fonologi anak adalah Comprehensive Test of Phonological (CTOPP). Tes ini mencakup kepekaan fonologik, analisa fonologik dan menghapal. Tes ini telah distandarisasi di Amerika Serikat untuk anak usia 5 tahun sampai dewasa.

Pada anak usia sekolah salah satu tes yang penting adalah menilai apakah anak tersebut dapat menganalisis kata. Tes yang digunakan adalah Woodcock-Johnson III dan Woodcock Reading Mastery Test. Kefasihan berbicara dinilai dengan Gary Oral Reading Test. Untuk menilai kecepatan membaca suatu kata digunakan Test of World Reading Efficiency (TOWRE).

Sebagai uji tapis bagi para dokter, disarankan untuk mendengarkan dengan seksama saat anak membaca yang sesuai dengan usianya.

DETEKSI DINI ANAK DISLEKSIA

Kesulitan membaca yang tidak diharapkan (kesulitan membaca pada seseorang yang tidak sesuai dengan kemampuan kognitif orang tersebut atau tidak sesuai dengan usia, tingkat kepandaian dan tingkat pendidikan), selain itu terdapat masalah yang berhubungan dengan proses fonologik.

Pada anak usia prasekolah, adanya riwayat keterlambatan berbahasa atau tidak tampaknya bunyi dari suatu kata (kesulitan bermain kata-kata yang berirama, kebingungan dalam menghadapi kata-kata yang mirip, kesulitan belajar mengenal huruf) disertai dengan adanya riwayat keluarga yang menderita disleksia, menunjukkan faktor risiko yang bermakna untuk menderita disleksia.

Pada anak usia sekolah biasanya keluhan berupa kurangnya tampilan di sekolah tetapi sering orangtua dan guru tidak menyadari bahwa anak tersebut mengalami kesulitan membaca. Biasanya anak akan terlihat terlambat berbicara, tidak belajar huruf di taman kanak-kanak dan tidak belajar membaca pada sekolah dasar. Anak tersebut akan makin tertinggal dalam hal pelajaran sedangkan guru dan orangtua biasanya makin heran mengapa anak dengan tingkat kepandaian yang baik mengalami kesulitan membaca.

Walaupun anak telah diajarkan secara khusus, biasanya anak tersebut akan dapat membaca tetapi lebih lambat. Anak tidak akan fasih membaca dan tidak dapat mengenali huruf secara tepat. Disgrafia biasanya menyertai disleksia. Selain itu penderita disleksia akan mengalami gangguan kepercayaan diri.

GANGGUAN RETT

Gangguan Rett atau dikenal dengan Rett syndrome (RS) merupakan gangguan genetika yang mengakibatkan adanya gangguan perkembangan otak. Gangguan ini muncul lebih banyak pada anak perempuan dibandingkan pria. Gangguan ini mirip sekali dengan gangguan autis, sehingga sindrom Rett juga dikenal sebagai gangguan spektrum autisme (autism spectrum disorders; ASDs).

American Psychiatric Association (APA) mengklasifikasikan gangguan Rett dalam gangguan perkembangan pervasif (pervasive development disorders; PDD) bersama dengan beberapa gangguan lain; gangguan autisme, sindrom Asperger, gangguan disintegratif pada anak, dan gangguan perkembangan pervasif yang tidak terdefinisikan.

Penyebab gangguan ini tidak diketahui dengan pasti, kebanyakan kasus disebabkan oleh faktor mutasi genetik yang terjadi secara tiba-tiba. Sampai saat ini masih terus dilakukan penelitian yang lebih mendalam penyebab dan pencegahan terjadinya gangguan ini.

Bayi dengan sindrom Rett pada awal perkembangannya terlihat normal, akan tetapi gangguan ini sebenarnya sudah dibawa sejak lahir, selama itu, gangguan berkembang lambat namun gangguan barulah akan tampak jelas pada usia anak menjelang 18 bulan kemudian. Gangguan yang muncul berupa fungsi motorik dalam menggunakan tangan, berjalan, berbicara, mengunyah dan bahkan adanya gangguan dalam bernafas.

Gangguan tersebut merupakan kemunduran dalam perkembangan, bayi dengan gangguan Rett pada awalnya terlihat normal layaknya bayi-bayi normal lainnya, gangguan tersebut mulai terlihat nyata ketika usia mencapai 5 bulan dan tahun-tahun berikutnya. Bentuk-bentuk kemunduran dapat berupa gerakan tangan menjadi tak terkendali, gerakan yang terarah hilang, disertai dengan gangguan komunikasi dan penarikan diri secara sosial. Gerakan-gerakan otot tampak makin tidak terkoordinasi.


GEJALA

Gejala kemunculan adanya gangguan Rett sifatnya sangat bervariatif antara satu anak dengan anak yang lainnya. Beberapa bayi kadang secara langsung menunjukkan adanya gangguan pada awal kelahiran, sementara lainnya beberapa bayi dapat diketahui adanya gangguan dikemudian hari.

Gangguan Rett atau Rett sindrom terdiri dari beberapa tahap gangguan;
1) Stage I
Gejala gangguan ini dimulai pada usia 6 sampai 18 bulan usia bayi. Pada tahap ini bayi mulai menghindari kontak mata dan kehilangan minat pada benda-benda mainan. Pada tahap ini bayi mengalami keterlambatan dalam merangkak dan duduk.

2) Stage II
Gejala gangguan dimulai pada usia 1-4 tahun. Beberapa gangguan yang muncul;
- Kehilangan kemampuan untuk berbicara
- Mengulang-ulang perbuatan yang sama
- Suka menggerakan tangan seperti sedang mencuci
- Menangis atau menjerit tanpa adanya provokasi
- Hambatan atau kesulitan dalam berjalan

3) Stage III
Gejala gangguan dimulai berkisar antara usia 2-10 tahun. Meskipun gangguan gerak terus berlanjut, anak dengan gangguan Rett masih mengalami perkembangan perilaku. Beberapa gangguan lain pada tahap ini;
- Sering menangis atau menjerit tanpa sebab yang jelas
- Perilaku waspada
- Permasalahan atensi
- Hambatan dalam komunikasi nonverbal

4) Stage IV
Tahap gangguan ini merupakan lanjutan dari stage sebelumnya, gejala yang muncul pada usia relatif terutama pada ebilitas (kemampuan) mobilitas diri. Gangguan yang muncul berupa gangguan komunikasi, kesulitan dalam memahami bahasa, gangguan psikomotorik pada tangan. Penderita gangguan Rett terlihat lemah dan beberapa diantaranya didiagnosa mengidap scoliosis. Beberapa fakta, pada tahap ini terjadinya penurunan perilaku mengulang ―bermain-main jari-jari tangan seperti mencuci.

Banyak pasien dengan gangguan Rett meninggal secara tiba-tiba pada saat tidur. Diperkirakan adanya kerusakan syaraf otak yang berhubungan dengan sistem pernafasan., kondisi ini disebut dengan sudden infant death syndrome (SIDS). Rata-rata usia pasien dengan sindrom Rett dapat bertahan hidup 40-50 tahun. Hampir keseluruhan hidup pasien membutuhkan pertolongan dari orang lain.


KOMPLIKASI

Kebanyakan anak dengan gangguan Rett memiliki permasalahan dalam makan, sehingga anak dengan gangguan ini memiliki berat badan dibawah rata-rata anak normal. Untuk mendapatkan makanan bergizi, beberapa anak harus mendapatkan makanan melalui infus.
Beberapa komplikasi anak dengan gangguan Rett;
1. Perubahan bentuk tubuh kurang normal dibandingkan anak / orang seusianya
2. Gangguan pernafasan (cardiac dysrhythmias)
3. Rapuh tulang
4. Scoliosis


PENYEBAB

Penyebab utama gangguan ini tidak diketahui secara pasti, namun banyak kasus yang terdeteksi disebabkan oleh mutasi dari gen MECP2, merupakan gen yang terlibat dalam pembuatan protein untuk perkembangan otak secara normal. Gen MECP2 terbentuk dari kromosom X, satu dari dua kromosom sebagai pembeda jenis kelamin seseorang.

Pada wanita terdapat 2 kromosom X dalam setiap sel, mutasi gen disebabkan oleh ketidakmampuan sel-sel dalam tubuh untuk bekerja atau tidak berfungsi salah satu kromosom tersebut. Sehingga sel-sel tersebut gagal memutasikan dirinya untuk memiliki 2 kromosom yang sama setiap selnya. Sekitar 20% wanita yang memiliki RS mengalami gangguan mutasi gen MECP2. Menurut penelitian ditemukan perbedaan dalam setiap sel yang ada. Perbedaan antar sel ini masih dalam penelitian para ahli.

Beda halnya pada anak laki-laki yang memiliki kromosom X dan Y. Gangguan disebabkan oleh tidak berfungsinya kromosom X, sehingga anak laki-laki memiliki dampak yang lebih parah dibandingkan anak perempuan, kebanyakan dari mereka (anak laki-laki) meninggal lebih dahulu pada masa perkembangan kehamilan atau awal-awal kelahiran.

Beberapa anak laki-laki dengan gangguan Rett yang dapat bertahan hidup karena memiliki mutasi gen MECP2 dengan kromosom X lebih. Sangat sedikit dari anak laki-laki dapat memutasikan gen tersebut hanya beberapa sel saja, diantaranya dapat bertahan hingga usia dewasa.

Sindrom Rett merupakan penyimpangan genetik, sangat sedikit kasus yang muncul akibat faktor turunan, mutasi genetik tersebut sifatnya random dan terjadi dengan spontan saat konsepsi terjadi.


Test dan Diagnosis

Diagnosa RS dilakukan dengan hati-hati, observasi perkembangan dan pertumbuhkan, juga didalam catatan medis serta latar belakang keluarga perlu dilakukan. Anak juga diharuskan mengikuti beberapa tes sebagai studi banding dari beberapa simtom yang hampir serupa.

Disebabkan karena gangguan RS ini mulai tampak pada usia-usia awal kelahiran, orangtua mestilah memperhatikan tanda-tanda yang tidak lazim yang tampak pada anak seusianya. Setidaknya orangtua mengetahui pola-pola perkembangan anak baik secara fisik maupun mental (lihat: Tingkat Perkembangan Mental dan Fisik Anak, Developmental Milestones) untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan tersebut.

Anak yang diduga mengidap RS juga perlu mengikuti tes darah dan urin, pemetaan susunan syaraf dan uji imajinasi anak dengan CT scan (computerized tomography) atau MRI (magnetic resonance imaging) serta beberapa tes lainnya untuk diagnosa yang lebih tepat.

Beberapa diagnosa banding lainnya;
- Petunjuk perkembangan normal untuk usia 6 bulan
- Perkembangan otak normal pada usia 3-4 bulan
- Penggunaan bahasa
- Kebiasaan pergerakan tangan
- Gerakan kerangka badan
- Cara berjalan
- Bentuk tubuh
- Kesulitan tidur
- Kesulitan dalam pernafasan
- Uji genetik, seperti MECP2


Treatment

Sejauh ini belum diketemukan treatment yang dapat menyembuhkan dari gangguan Rett, dalam keseharian anak RS memerlukan bantuan dalam melakukan tugas-tugas rutin, hampir semua pekerjaan anak dengan diagnosa RS memerlukan bantuan dari orang lain seperti makan, berjalan dan menggunakan kamar mandi. Banyak orangtua merasa tertekan dan mengalami stres sepanjang harinya dalam anak dengan gangguan ini.

Dibutuhkan biaya sangat besar untuk perawatan anak dengan sindrom Rett sehingga kebanyak anak dengan RS lebih banyak dirawat di rumah. Orangtua haruslah memonitor anak secara lengkap dengan bantuan para ahli; dokter anak, ahli syaraf dan ahli perkembangan anak.

Sampai saat ini tidak ada obat-obatan yang dapat menyembuhkan sindrom Rett, oleh karenanya tidak ada obat-obatan khusus untuk penderita gangguan ini, dokter hanya memberikan obat-obatan terntentu dari simtom yang muncul.

Terapi fisik diberikan untuk mengurangi dampak dari scoliosis, latihan berjalan, keseimbangan dan fleksibiltas badan, dan penggunaan fungsi-fungsi tangan. Terapi ini juga membantu anak mengurangi dampak-dampak pengurangan kebiasaan mengulang.

Terapi bahasa dan bicara dilatih pada anak dengan RS bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa dan mengenal komunikasi nonverbal.

Disamping itu anak dengan RS juga mendapatkan diet makanan yang sehat untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan sehingga anak meningkat kemampuan sosial dan sehat secara fisik dan mental. Beberapa anak RS mendapatkan kebutuhan makanan bergizi melalui suntikan infus melalui selang sepanjang hidupnya.

CIRI-CIRI PENDERITA DISLEKSIA

Cara mengetahui anak menderita disleksia

1. Lambat bicara jika dibandingkan kebanyakan anak seusianya.

2. Lambat mengenali alfabet, angka, hari, minggu, bulan, warna, bentuk dan informasi mendasar lainnya.

3. Sulit menuliskan huruf ke dalam kesatuan kata secara benar.

4. Menunjukkan keterlambatan ataupun hambatan lain dalam proses perkembangannya.

5. Ada anggota keluarga yang juga mengalami masalah serupa, atau hampir sama.

6. Perhatian mudah teralihkan dan sulit berkonsentrasi.

7. Mengalami hambatan pendengaran.

8. Rancu dalam memahami konsep kiri­kanan, atas-bawah, utara-selatan, timur-barat.
9. Memegang alat tulis terlalu kuat/keras

10. Rancu atau bingung dengan simbol-simbol matematis. Misalnya tanda +, -, x, :, dan sebagainya.

11. Mengalami kesulitan dalam mengatakan waktu.

12. Sulit mengikat tali sepatu.

13. Sulit menyalin tulisan yang sudah dicontohkan kepadanya.

14. Mempunyai masalah dengan kemampuan mengingat jangka pendek berkaitan dengan kata-kata maupun instruksi tertulis.

15. Sulit mengikuti lebih dari sebuah instruksi dalam satu waktu yang sama.

16. Tidak dapat menggunakan kamus atau pun buku petunjuk telepon.

PENDERITA DISLEKSIA BISA BERPRESTASI

Menurut Prof John Stein (Universitas Oxford) dan Prof Tony Monaco dari sebuah pusat penelitian tentang gen manusia, sekitar 90 persen penderita disleksia adalah kaum pria.

Ada tiga gen sama yang berhubungan dengan disleksia dalam sampel darah para penderita. Penemuan ini membuktikan bahwa disleksia memang disebabkan faktor keturunan atau bawaan (genetik).

Keduanya mempelajari sampel deoxyribonucleic acid (DNA), yang terdiri atas materi genetik berupa darah dari 90 keluarga. Hasil penelitian menunjukkan, anak dengan kelainan disleksia dilahirkan dari keluarga dengan kesulitan kronis dalam membaca / mengeja, meski tingkat intelijensinya cukup tinggi.

Dengan demikian, pengidap disleksia sama sekali bukan orang bodoh. Bahkan tidak sedikit tokoh besar yang mengidap kelainan ini. Misalnya Presiden AS George W Bush, yang ketahuan mengidap disleksia saat kampanye pemilihan presiden tahun 2000.

Saat kampanye, Bush sering mengucapkan kata-kata yang salah penggunaannya. Misalnya, mengatakan pacemaker (alat pacu jantung), ketika sebenarnya hendak mengatakan peacemaker (pencipta perdamaian).
Ia pun gagal mengatakan bea dan cukai (tarrifs and barriers), karena kata yang diucapkannya adalah tarrifs and terriers.

Padahal, terrier merupakan salah satu jenis anjing peliharaan. Dalam pengamatan beberapa kalangan medis, Bush melakukan kesalahan pengucapan ini secara konsisten, yang menandakan bahwa ia mengidap kelainan disleksia.

Dalam ilmu psikiatri, ada beberapa bentuk klinis disleksia. Pertama, sulit menyebutkan nama benda (anomi), meski amat sederhana sekalipun. Misalnya mengucapkan kata pensil, sendok, dan arloji. Padahal penderita hafal/ mengenal benda-benda itu.

Kedua, sulit menuliskan huruf. Misalnya ''b'' ditulis atau dibaca ''d''; huruf p ditulis / dibaca ''q'', dan lain-lain. Ketiga, salah mengeja atau membaca rangkaian huruf tertentu. Misalnya left dibaca / ditulis felt; brand dibaca / ditulis band, ibu dibaca / ditulis ubi; dan sebagainya.

Bisa Berprestasi

Satu hal yang menggembirakan, penderita disleksia masih berkesempatan untuk berprestasi, bahkan melebihi anak-anak normal pada umumnya. Jadi, meskipun sulit membaca kata, biasanya tidak mengalami kesulitan dalam membaca angka atau not balok musik, kecuali penderita disleksia angka.

Hal ini sudah dibuktikan beberapa penderita, baik di dalam maupun di luar negeri. Mengapa bisa demikian? Karena anak-anak pengidap disleksia memang bukan anak bodoh. Tentu diperlukan penanganan dini dari pihak orang tua, disertai ketekunan dalam memotivasi anak.

Begitu menjumpai anaknya mengidap disleksia, berikan terapi sedini mungkin. Latihan remedial teaching (terapi mengulang) dengan penuh kesabaran dan ketekunan biasanya akan membantu anak mengatasi kesulitannya.

Berikan motivasi berupa pujian atau hadiah kecil setiap kali anak berhasil mengatasinya. Hal ini makin sangat membantu. Untuk penderita yang dibarengi gangguan penyerta, tambahkan dengan terapi perilaku. Sedangkan bagi penderita yang kesulitan berbicara, tambahan terapi bicara kepadanya.

Apabila seseorang hanya mengalami disleksia murni, biasanya gangguan ini hanya terjadi pada tahap usia tertentu saja. Pada saat pertumbuhan otak dan sel otaknya sudah sempurna, ia akan dapat mengatasinya. Meski demikian, terapi tadi harus dilakukan begitu menjumpai anaknya mengidap disleksia.

PENGOBATAN DISLEKSIA

Pengobatan terbaik untuk mengenali kata adalah pengajaran langsung yang memasukkan pendekatan multisensori. Pengobatan jenis ini terdiri dari mengajar dengan bunyi-bunyian dengan isyarat yang bervariasi, biasanya secara terpisah dan, bila memungkinkan, sebagai bagian dari program membaca.

Pengajaran tidak langsung untuk mengenali kata juga sangat membantu. Pengajaran ini biasanya terdiri dari latihan untuk meningkatkan pelafalan kata atau pengertian membaca. Anak-anak diajarkan bagaimana memproses suara-suara dengan menggabungkan suara-suara ke dalam bentuk kata-kata, dengan memisahkan kata-kata ke dalam bagian-bagian, dan dengan mengenali letak suara pada kata.

Pengajaran component-skill untuk mengenali kata juga sangat membantu. Hal ini terdiri dari latihan menggabung suara-suara ke dalam bentuk kata-kata, membagi kata ke dalam bagian kata , dan untuk mengenali letak suara pada kata.

Pengobatan tidak langsung, selain untuk mengenali kata, kemungkinan digunakan tetapi tidak dianjurkan. Pengobatan tidak langsung bisa termasuk penggunaan lensa diwarnai yang membuat kata-kata dan huruf-huruf bisa dibaca dengan lebih mudah, latihan gerakan mata, atau latihan penglihatan perseptual. Obat-obatan seperti piracetam juga harus dicoba. Manfaat pengobatan tidak langsung tidak terbukti dan bisa menghasilkan harapan tidak realistis dan menhambat pengajaran yang dibutuhkan.

GEJALA DISLEKSIA


Anak belum sekolah dengan disleksia bisa jadi terlambat bicara, memiliki masalah artikulasi berbicara, dan mempunyai kesulitan mengingat nama-nama huruf, angka, dan warna. Anak disleksia sering kesulitan memadukan suara, irama kata, mengenali letak suara pada kata, segmenting kata-kata ke dalam bunyi, dan mengenali bunyi huruf pada kata. Keterlambatan atau keragu-raguan dalam memilih kata-kata. Membuat kata pengganti, menamai angka dan gambar adalah indikasi awal disleksia. Masalah dengan daya ingat jangka pendek untuk suara dan untuk meletakkan suara pada perintah yang tepat sering terjadi.

Banyak anak dengan disleksia bingung dengan huruf dan kata yang serupa. membalikkan huruf ketika menulis-sebagai contoh, on diganti menjadi no, dan saw diganti menjadi was-atau huruf yang membingungkan-sebagai contoh, b diganti menjadi d, w diganti menjadi m, n diganti menjadi h-sering terjadi. Meskipun begitu, banyak anak tanpa disleksia akan membalikkan hurup pada waktu taman kanak-kanak atau tingkat pertama.

Anak yang tidak mengalami kemajuan dalam keahlian mempelajari kata-kata pada kelas pertengahan atau akhir sekolah dasar harus di uji untuk disleksia.

CARA MENGATASI DISLEKSIA-MEMBANGUN RASA PERCAYA DIRI

Gangguan disleksia pada anak-anak sering tidak dipahami atau diketahui lingkungannya, termasuk orang tuanya sendiri. Akibatnya, mereka cenderung dianggap bodoh dan lamban dalam belajar karena tidak bisa membaca dan menulis dengan benar seperti kebanyakan anak-anak lain. Oleh karena itu mereka sering dilecehkan, diejek atau pun mendapatkan perlakuan negatif, sementara kesulitan itu bukan disebabkan kemalasan.
Alangkah baiknya, jika orang tua dan guru peka terhadap kesulitan anak. Dari situ dapat dilakukan deteksi dini untuk mencari tahu faktor penghambat proses belajarnya. Setelah ditemukan, tentu bisa diputuskan strategi yang efektif untuk mengatasinya. Mulai dari proses pengenalan dan pemahaman fonem sederhana, hingga permainan kata dan kalimat dalam buku-buku cerita sederhana. Penguasaan anak terhadap bahan-bahan tersebut, dalam proses yang bertahap, dapat membangkitkan rasa percaya diri dan rasa amannya. Jadi, berkat usaha dan ketekunan mereka, para penyandang disleksia ini dapat juga menguasai kemampuan membaca dan menulis.
Orang tua dan guru serta pendamping lainnya mungkin melihat dan menemukan adanya kelebihan dari anak-anak seperti ini. Menurut penelitian, mereka cenderung mempunyai kelebihan dalam hal koordinasi fisik, kreativitas, dan berempati pada orang lain. Untuk membangun rasa percaya dirinya, ajaklah mereka mengevaluasi dan memahami diri sendiri, disertai kelebihan serta kekurangan yang dimiliki. Tujuannya agar mereka dapat melihat secara objektif dan tidak hanya terfokus pada kekurangannya sebagai anak dengan gangguan disleksia.
Anak-anak tersebut perlu diajak mencari dan mencatat semua kelebihan dan kekurangannya, untuk kemudian dibahas bersama satu demi satu. Misalnya, anak melihat bahwa dirinya bukan orang yang mampu menulis dan mengarang dengan baik, tapi di lain pihak ia adalah seorang pemain basket yang handal dan sekaligus perenang yang tangguh. Bisa juga, dia melihat dirinya tidak bisa mengeja dengan benar, tapi dia juga lucu, humoris dan menarik hingga banyak orang suka padanya.
Intinya, bantulah mereka menemukan keunggulan diri, agar bisa merasa bangga dan tidak pesimis terhadap hambatan yang saat ini sedang diatasi. Kalau perlu, jelaskan pada mereka figur-figur orang terkenal yang mampu mengatasi problem disleksianya dan melakukan sesuatu yang berguna untuk masyarakat.

CARA MENGATASI DISLEKSIA-METODE MULTI-SENSORY

Pada dasarnya ada berbagai variasi tipe disleksia. Penemuan para ahli memperlihatkan bahwa perbedaan variasi itu begitu nyata, hingga tidak ada satu pola baku atau kriteria yang betul-betul cocok semuanya terhadap ciri-ciri seorang anak disleksia. "Misalnya, ada anak disleksia yang bermasalah dengan kemampuan mengingat jangka pendeknya, sebaliknya ada pula yang ingatannya justru baik sekali. Lalu, ada yang punya kemampuan matematis yang baik, tapi ada pula yang parah. Untuk itulah bantuan ahli (psikolog) sangat diperlukan untuk menemukan pemecahan yang tepat," anjur Rini.

Metode multi-sensory
Dengan metode yang terintegrasi, anak akan diajarkan mengeja tidak hanya berdasarkan apa yang didengarnya lalu diucapkan kembali, tapi juga memanfaatkan kemampuan memori visual (penglihatan) serta taktil (sentuhan). Dalam prakteknya, mereka diminta menuliskan huruf-huruf di udara dan di lantai, membentuk huruf dengan lilin (plastisin), atau dengan menuliskannya besar-besar di lembaran kertas. Cara ini dilakukan untuk memungkinkan terjadinya asosiasi antara pendengaran, penglihatan dan sentuhan sehingga mempermudah otak bekerja mengingat kembali huruf-huruf.

FAKTOR PENYEBAB DISLEKSIA

Faktor-faktor penyebab
a. Faktor keturunan
Disleksia cenderung terdapat pada keluarga yang mempunyai anggota kidal. Orang tua yang disleksia tidak secara otomatis menurunkan gangguan ini kepada anak-anaknya, atau anak kidal pasti disleksia. Penelitian John Bradford (1999) di Amerika menemukan indikasi, bahwa 80 persen dari seluruh subjek yang diteliti oleh lembaganya mempunyai sejarah atau latar belakang anggota keluarga yang mengalami learning disabilities, dan 60% di antaranya punya anggota keluarga yang kidal.

b. Problem pendengaran sejak usia dini
Apabila dalam 5 tahun pertama, seorang anak sering mengalami flu dan infeksi tenggorokan, maka kondisi ini dapat mempengaruhi pendengaran dan perkembangannya dari waktu ke waktu hingga dapat menyebabkan cacat. Kondisi ini hanya dapat dipastikan melalui pemeriksaan intensif dan detail dari dokter ahli. Jika kesulitan pendengaran terjadi sejak dini dan tidak terdeteksi, maka otak yang sedang berkembang akan sulit menghubungkan bunyi atau suara yang didengarnya dengan huruf atau kata yang dilihatnya. Padahal, perkembangan kemampuan ini sangat penting bagi perkembangan kemampuan bahasa yang akhirnya dapat menyebabkan kesulitan jangka panjang, terutama jika disleksia ini tidak segera ditindaklanjuti. Konsultasi dan penanganan dari dokter ahli amatlah diperlukan.

c. Faktor kombinasi
Ada pula kasus disleksia yang disebabkan kombinasi dari 2 faktor di atas, yaitu problem pendengaran sejak kecil dan faktor keturunan. Faktor kombinasi ini menyebabkan kondisi anak dengan gangguan disleksia menjadi kian serius atau parah, hingga perlu penanganan menyeluruh dan kontinyu. Bisa jadi, prosesnya berlangsung sampai anak tersebut dewasa. Dengan perkembangan teknologi CT Scan, bisa dilihat bahwa perkembangan sel-sel otak penderita disleksia berbeda dari mereka yang nondisleksia. Perbedaan ini mempengaruhi perkembangan fungsi-fungsi tertentu pada otak mereka, terutama otak bagian kiri depan yang berhubungan dengan kemampuan membaca dan menulis. Selain itu, terjadi perkembangan yang tidak proporsional pada sistem magno-cellular di otak penderita disleksia. Sistem ini berhubungan dengan kemampuan melihat benda bergerak. Akibatnya, objek yang mereka lihat tampak berukuran lebih kecil. Kondisi ini menyebabkan proses membaca jadi lebih sulit karena saat itu otak harus mengenali secara cepat huruf-huruf dan sejumlah kata berbeda yang terlihat secara bersamaan oleh mata.

PENYEBAB DISLEKSIA

Disleksia tidak hanya terbatas pada ketidakmampuan seseorang untuk menyusun atau membaca kalimat dalam urutan terbalik tetapi juga dalam berbagai macam urutan, termasuk dari atas ke bawah. Para peneliti menemukan disfungsi ini disebabkan oleh kondisi dari biokimia otak yang tidak stabil dan juga dalam beberapa hal akibat bawaan keturunan dari orang tua.

PENGERTIAN DISLEKSIA

Disleksia (Inggris: dyslexia) adalah sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada orang tersebut dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis. Pada umumnya keterbatasan ini hanya ditujukan pada kesulitan seseorang dalam membaca dan menulis, akan tetapi tidak terbatas dalam perkembangan kemampuan standar yang lain seperti kecerdasan, kemampuan menganalisa dan juga daya sensorik pada indera perasa. Terminologi disleksia juga digunakan untuk merujuk kepada kehilangan kemampuan membaca pada seseorang dikarenakan akibat kerusakan pada otak. Disleksia pada tipe ini sering disebut sebagai "Alexia". Selain mempengaruhi kemampuan membaca dan menulis, disleksia juga ditenggarai juga mempengaruhi kemampuan berbicara pada beberapa pengidapnya.

PENGOBATAN GANGUAN BELAJAR

Pengobatan yang paling berguna untuk gangguan belajar adalah pendidikan yang secara hati-hati disesuaikan dengan individu anak. Cara seperti membatasi makanan aditif, menggunakan vitamin dalam jumlah besar, dan menganalisa sistem anak untuk trace mineral seringkali dicoba tetapi tidak terbukti. Tidak ada obat-obatan yang cukup efektif pada pencapaian akademis, intelegensi, dan kemampuan pembelajaran umum. Karena beberapa anak dengan gangguan belajar juga mengalami ADHD, obat-obatan tertentu, seperti methylphenidate, bisa meningkatkan perhatian dan konsentrasi, meningkatkan kemampuan anak untuk belajar.

DIAGNOSA GANGGUAN BELAJAR

Anak yang tidak membaca atau belajar pada tingkatan yang diharapkan untuk kemampuan verbal atau kecerdasan harus dievaluasi. Pemeriksaan pendengaran dan penglihatan harus dijalankan, karena masalah pikiran sehat ini bisa juga berhubungan dengan keahlian membaca dan menulis.

Dokter meneliti anak tersebut untuk berbagai gangguan fisik. Anak tersebut melakukan rangkaian tes kecerdasan, baik verbal maupun non verbal, dan tes akademik pada membaca, menulis, dan keahlian aritmatik.

PENYEBAB GANGGUAN BELAJAR

Meskipun penyebab gangguan belajar tidak sepenuhnya dimengerti. Mereka termasuk kelainan pada proses dasar yang berhubungan dalam memahami atau menggunakan ucapan atau penulisan bahasa atau numerik dan pertimbangan ruang.

Diperkirakan 3 sampai 15% anak bersekolah di Amerika Serikat memerlukan pelayanan pendidikan khusus untuk menggantikan gangguan belajar. Anak laki-laki dengan gangguan belajar bisa melebihi anak gadis lima banding satu, meskipun anak perempuan seringkali tidak dikenali atau terdiagnosa mengalami gangguan belajar.

Kebanyakan anak dengan masalah tingkah laku tampak kurang baik di sekolah dan diperiksa dengan psikologis pendidikan untuk gangguan belajar. Meskipun begitu, beberapa anak dengan jenis gangguan belajar tertentu menyembunyikan gangguan mereka dengan baik, menghindari diagnosa, dan oleh karena itu pengobatan, perlu waktu yang lama.

PENGERTIAN GANGGUAN BELAJAR

Gangguan belajar meliputi kemampuan untuk memperoleh, menyimpan, atau menggunakan keahlian khusus atau informasi secara luas, dihasilkan dari kekurangan perhatian, ingatan, atau pertimbangan dan mempengaruhi performa akademi.

Gangguan belajar sangat berbeda dari keterlambatan mental dan terjadi dengan normal atau bahkan fungsi intelektual tinggi. Gangguan belajar hanya mempengaruhi fungsi tertentu, sedangkan pada anak dengan keterlambatan mental, kesulitan mempengaruhi fungsi kognitif secara luas. Terdapat tiga jenis gangguan belajar : gangguan membaca, gangguan menuliskan ekspresi, dan gangguan matematik. Dengan demikian, seorang anak dengan gangguan belajar bisa mengalami kesulitan memahami dan mempelajari matematika yang signifikan, tetapi tidak memiliki kesulitan untuk membaca, menulis, dan melakukan dengan baik pada subjek yang lain.

Gangguan pada penderita autisme dalam persepsi sensoris

Perasaan sensitif terhadap cahaya, pendengaran, sentuhan, penciuman dan rasa dari mulai ringan sampai berat. Menggigit, menjilat atau mencium mainan atau benda apa saja. Bila mendengar suara keras, menutup telinga. Menangis setiap kali dicuci rambutnya. Merasakan tidak nyaman bila diberi pakaian tertentu. Tidak menyukai rabaan atau pelukan, Bila digendong sering melepaskan diri dari pelukan.
Autisme dipengaruhi oleh multifaktorial. Sejauh ini, masih belum terdapat kejelasan secara pasti mengenai penyebab dan faktor resikonya. Strategi pencegahan yang dilakukan masih belum optimal. Saat ini tujuan pencegahan hanya sebatas mencegah agar gangguan yang terjadi tidak lebih berat lagi, bukan untuk menghindari. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengungkap secara jelas misteri penyebab gangguan ini sehingga nantinya dapat dilakukan strategi pencegahannya.

Gangguan pada penderita autisme dalam bidang interaksi sosial

Menolak atau menghindar untuk bertatap muka. Tidak menoleh bila dipanggil, sehingga sering diduga tuli. Merasa tidak senang atau menolak dipeluk. Bila menginginkan sesuatu, menarik tangan tangan orang yang terdekat dan berharap orang tersebut melakukan sesuatu untuknya. Tidak berbagi kesenangan dengan orang lain. Saat bermain bila didekati malah menjauh.