Hari Raya Idul Fitri adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh orang Islam sebagai hari kemerdekaan. Dimana kita telah melewati bulan ramadhan, bulan puasa. Tapi untuk tahun ini terasa beda untukku. Ceritanya begini ....
Dua minggu sebelum lebaran...
Mama ku di telepon oleh adiknya yang berada di Riau, tepatnya di Dumai. Mereka memberitahu bahwa kakek sedang sakit. Mama ku hanya bertanggapan biasa saja, karena kakekku memang suka sakit-sakitan, maklumlah orang sudah tua. Sudah 82 tahun. Kata orang- orang sudah melebihi umur Rasulullah SAW. Ya sudah, mamaku hanya telepon orang Dumai untuk sekedar tanya kabar.
Seminggu sebelum lebaran....
Pagi-pagi, om ku telepon mamaku. Ia memberitahu, bahwa kakek semakin parah. Kami semua hanya bisa berdoa untuk kakek. Bagaimana kami mau ke sana? Tiket saja susahnya minta ampun. Apalagi orang-orang mulai mudik.
Mamaku langsung telepon temannya yang berada di Dumai. kebetulan, teman mamaku ini suaminya dokter. Dan mereka sudah menganggap Kakekku sebagai orangtuanya. Ia datang ke rumah kakekku dengan berbekal alat-alat medis.
Awalnya kakekku tidak mau diinfus, mungkin karena kakek sudah terlalu lemah ia hanya bisa pasrah saja. Bayangkan, dulu kakekku gemuk, sehat sekali, tapi sekarang hanya kulit berbalut tulang.
Malamnya, tanteku yang seorang perawat datang ke untuk mencek keadaan kakek. Saat sedang di cek, kakekku dikabarkan meninggal. Keluarga semuanya pada panik. Entah mukzijat apa yang Allah berikan kepada kakekku, ia hidup kembali. Rupanya pembuluh darah kakek ada yang pecah karena kakek kaget dengan suara petasan.
2 hari menjelang lebaran....
Mamaku di suruh pulang ke Dumai hari itu juga. Karena kondisi kakek sangat memprihatinkan. Om ku bilang mungkin hanya menunggu mama dan om ku saja. Kebetulan hanya mama dan om ku yang jauh dari kakek.
Mamaku berangkat sore hari. Semua biaya di tanggung tanteku.
Karena pada saat itu tidak ada pesawat yang langsung jke Dumai, jadinya mama transit ke Pekan Baru. Di sana ini sudah di tunggu oleh adiknya. Amat malang, adik mamaku habis mengalami kecelakaan. Mobilnya hancur. Tapi yang penting, adik dan keluarga mamaku selamat.
Mamaku bercerita, ia buka puasanya jam 10 malam, sampai di Dumainya jam setengah 4 waktu sahur. Langsung mamaku ke rumah sakit.
saat lebaran....
Aku shalat Ied hanya bersama papa dan kakakku saja. Pulang Shalat, kami menelepon Mama, mengucapkan Selamat Idul Fitri. Tapi suara mama menggambarkan kalau ia sedang sedih. Rupanya, tak ada satupun keluarga mamaku yang pergi shalat Ied, karena kakekku sangat kritis. Istilahnya nyawanya tinggal seujung tanduk saja.
Kami juga ikut sedih.
Jam 9.00 WIB kami telepon mama lagi, untuk menanyakan keadaan kakek. Kata mama kakek sudah pulih kembali. Kami sangat bersyukur sekali. Dan kami juga sempat berbicara dengan kakek lewat telepon. Air mata ini tak tertahankan mendengar suara kakek.
Setelah 10 hari di Dumai, mamaku pulang. Dia banyak bercerita tentang kondisi Kakek. Katanya, kakek sudah seperti anak kecil. Yang di pakaikan pampers.
Mama juga bilang, waktu lebaran itu, tensi kakek sudah sangat menurun. Sistoliknya 50 tapi Diastoliknya 0 (maksudnya 50/0). Dokter juga sudah "angkat tangan". Tapi sekali lagi, ini adalah mukjizat Allah, disaat orang sedang sedih, sedang membaca surat Yasin, tiba-tiba Kakekku pulih kembali. Ia terbangun dengan mengucapkan kata, "Chris John sudah tanding belum?". Orang yang tadinya sedih, malah dibuat tertawa dengan tingkah kakekku. Sungguh mukjizat. Secara fisik, kakekku sudah lemah. Tapi secara ingatan, ia masih sehat. Bahkan, ia masih bisa mengingat cucunya satu per satu.
Itulah kisah lebaranku. Lebaran tanpa mama. Lebaran dengan hati penuh kecemasan dengan kakek. Tapi aku hanya bisa bersabar, dan mungkin aku sudah jadi terbiasa dengan ini, dulu juga aku pernah lebaran di rumah sakit saat papaku sakit. Dia dirawat.
Tapi semua ini aku jadikan pelajaran. Lebaran itu tak selalu indah. Inilah saatnya, di saat kita bersedih, kita jadi ingat kembali akan Allah.
Created by :
Tiara N.A
Senin, 05 Oktober 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar