Ini pengalaman pribadi saya sendiri setahun yang lalu. Saya bersama teman-teman ROHIS hendak mengunjungi Mesjid Kubah Emas dan Panti XXXX.
Baiklah akan saya ceritakan sedikit pengalaman saya. Dari sekolah, saya dengan rombongan berangkat menuju Mesjid Kubah Emas, Depok. Di sana, kami hanya sampai pukul 15.00 WIB. Dari Mesjid Kubah Emas, kami berangkat menuju Panti XXXXX.
Sampai di sana, kami disambut dengan penjaganya. Dan saya sempat ketakutan, karena kami juga disambut oleh anak yang mengidap Down Sindrome. Saat itu saya masih merasa takut, karena saya tidak terbiasa bertemu orang yang “luar biasa”. Ada satu teman saya yang berani untuk menghampiri anak Down Syndrome tersebut. Rupanya dia sudah terbiasa berhadapan dengan anak seperti itu, karena adiknya sendiri pun mengidap Down Syndrome. Nama anak tersebut adalah Danny. Setelah dilihat-lihat, sepertinya Danny orang yang asik. Dia bisa membuat kami tertawa. Saya mulai bisa menyesuaikan diri di tempat seperti itu.
Setelah “have fun” dengan Danny, kami diajak “wisata” di Panti XXXX. Saat masuk “ruang rawat”nya, perasaan saya mulai tidak enak. “ada yang aneh di sini”, kata saya dalam hati. Dan rupanya benar, perasaan saya memang selalu benar. Ruangan ini penuh dengan orang yang “luar biasa”. Di ruang pertama, saya dihadapkan oleh seorang anak lelaki, yang ada dikasur dengan posisi badan “nungging”. Mendengar cerita dari penjaganya, anak ini dititip di Panti Ganda oleh orangtuanya, tapi samapi saat ini, orangtuanya sudah tidak tahu kemana perginya. Dan katanya, anak ini suka mencongkel matanya sendiri dengan jarinya. I can’t imagine that.
Di ruangan kedua, saya melihat seorang anak, yang kira-kira berumur 7 tahun. Kepalanya membesar seperti Hydrosepalus, tapi gepeng. Saya lupa namanya. Dan di atas kepalanya, diletakkan sebuah radio dengan lagu Agnes Monica. Ini yang membuat hati saya sedih melihatnya.
Selesai dari ruang kedua, kami berjalan ke ruang tengah, ini adalah tempat orang “kelainan jiwa”. Ada yang stress bahkan gila. Saya benar-benar takut diruangan ini. Bagaimana tidak, saya baru masuk ruangan saja, sudah disambut oleh teriakan-teriakan yang aneh. Dan yang lebih membuat saya tekejut , kami disambut oleh orang yang sedang telanjang. Benar-benar telanjang. Seorang pria. Dan dia buang air besar di atas kasurnya sambil berdiri. Saya pengen cepat-cepat pergi dari ruangan ini.
Untungnya, kami keluar dari ruangan itu. Tapi, wisata kami belum selesai. Ini ruangan yang cukup aman. Tapi sewaktu berjalan di gang untuk ke tempat aman tersebut, di sana ada pria duduk yang selalu menggeleng-gelengkan kepalanya. Persis seperti orang mabok. Tingkah lakunya membuat kami tertawa.
Sampai diruangan yang aman, kami disambut oleh Yunas yang sedang tiduran sambil menonton TV. Yunas sangat ramah menyambut kami.Yunas adalah anak yang mengidap Down Syndrome. Dia becanda dengan kami. Apalagi ada adik kelas saya, cowok. Yunas bilang kalau dia naksir sama adik kelas saya. Hahaha bisa-bisa saja. Tapi, tiba-tiba keluar dari kamar seorang anak lelaki berumur 5 tahunan sedang kejar-kejaran dengan pengasuhnya sambil membawa ikat pinggang yang di putar-putar seperti Coboy. Katanya, anak ini mengidap penyakit Autis. Dia hanya fokus bermain dengan ikat pinggangnya. Apabila diambil, dia akan mengamuk dan menangis sekencang-kencangnya.
Akhirnya kami semua pamit pulang dari Panti XXXXX. Dan saya jadi tidak takut lagi apabila berhadapan dengan orang yang “luar biasa” tersebut. Setidaknya saya bisa mengerti sedikit tentang mereka. Yang pasti, ini adalah pengalaman yang tidak akan saya lupakan. Pengalaman yang sangat berharga. Bahwa, tuhan menciptakan bermacam-macam bentuk,tingkah laku yang berbeda-beda. Saya sangat bersyukur, karena saya telah diberi keistimewaan dengan jiwa saya yang normal. Fisik saya yang lengkap tanpa kekurangan.
Saya juga akan menjelaskan tentang penyakit-penyakit yang telah saya ceritakan. Berikut penjelasannya :
Down Syndrome : adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan di kromosom 21 (trisomy 21). Kelainan ini dikenali oleh Dr. John Longdon Down tahun 1866. Ciri-cirinya : tinggi badan relatif pendek, kepala mengecil(microchephaly), hidungnya datar seperti orang Mongolia, makanya sering disebut dengan Mongoloid, mulut yang mengecil dan lidah menonjol keluar (macroglossia), mata menjadi sipit dengan sudut bagian tengan membentuk lipatan (epicanthal folds), tangan yang pendek termasuk ruas jari-jarinya. Pada lapisan kulitnya tampak keriput (dermatoglyphics). Pada bayi baru lahir kelainan dapat berupa Congenital Heart Disease. kelainan ini yang biasanya berakibat fatal di mana bayi dapat meninggal dengan cepat. Pada sistim pencernaan dapat ditemui kelainan berupa sumbatan pada esophagus (esophageal atresia) atau duodenum (duodenal atresia).
Pencegahan dapat dilakukan lewat pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis bagi ibu hamil di awal bulan kehamilan. Down Syndrome tidak bisa dicegah karena merupakan kelainan yang disebabkan oleh kelainan jumlah kromosom yang seharusnya membelah menjadi 2 tetapi membelah 3. Sampai saat ini belum ditemukan pengobatan yang paling eefektif untuk Down Syndrome. Pada tahap perkembangannya penderita Down syndrom juga dapat mengalami kemunduran dari sistim penglihatan, pendengaran maupun kemampuan fisiknya mengingat tonus otot-otot yang lemah. Dengan demikian penderita harus mendapatkan support maupun informasi yang cukup serta kemudahan dalam menggunakan sarana atau fasilitas yang sesuai berkaitan dengan kemunduran perkembangan baik fisik maupun mentalnya. Pembedahan biasanya dilakukan pada penderita untuk mengoreksi adanya efek pada jantung, mengingat sebagian besar penderita lebih cepat meninggal dunia akibat adanya kelainan pada jantung tersebut. Dengan adanya Leukemia akut menyebabkan penderita semakin rentan terkena infeksi, sehingga penderita ini memerlukan monitoring serta pemberian terapi pencegah infeksi yang kuat.
Autis : adalah suatu kondisi seseorang sejak lahir atau saat balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Menurut Power (1989) ciri-ciri anak autis adalah adanya 6 gangguan dalam bidang : interaksi social, komunikasi, perilaku emosi, pola bermain, gangguan sensoris, dan perkembangan terlambat atau tidak normal. Biasanya sebelum anak berusia 3 tahun, gejala ini sudah terlihat. Para ahli mengatakan bahwa anak-anak dengan tingkat intelegensi dan kognitif yang rendah, tidak berbicara, punya perilaku menyakitkan diri sendiri, dan menunjukkan terbatasnya minat dan rutinitas mereka lakukan, ini diklasifikasikan sebagai autis dengan fungsi rendah. Sementara mereka yang menunjukkan fungsi kognitif dan intelegensi yang tinggi, bisa menggunakan bahasa dan berbicara secara efektif dan menunjukkan kemampuan mengikuti rutinitas yang umum, ini diklasifikasikan sebagai autis dengan fungsi yang tinggi.
Gejala Autis :
Hambatan dalam komunikasi, misal: berbicara dan memahami bahasa.
Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain atau obyek di sekitarnya serta menghubungkan peristiwa-peristiwa yang terjadi.
Bermain dengan mainan atau benda-benda lain secara tidak wajar.
Sulit menerima perubahan pada rutinitas dan lingkungan yang dikenali.
Gerakkan tubuh yang berulang-ulang atau adanya pola-pola perilaku yang tertentu
Stress: adalah kegagalan manusia atau hewan untuk merespon dengan tepat terhadap emosional dan fisik yang mengacu pada ancaman yang nyata maupun hanya bayangan. Gejala stress biasanya ditandai dengan lekas marah, tegang pada otot, tidak mampu berkonsenterasi dan berbagai reaksi fisik seperti sakit kepala dan denyut jantung yang meningkat. Tanda-tanda stress adalah menilai negative sesuatu, cemas yang berlebihan, murung, mudah marah, merasa kesepian atau terpencil, depresi, mual, pusing,makan terlalu banya, tidur terlalu bayak atau tidak cukup, menarik diri dari lingkungan. Biasa orang bisa stress karena tekanan batin misalnya pekerjaan yang banyak dan rumit sehingga otak kita tidak bisa bekerja dengan maksimal. Solusi agar tidak stress : jangan berfikir terlalu berat, seringlah berolahraga, rilekskan pikiran dengan rekreasi atau jalan-jalan bersama sahabat, dan selalu positif thinking.
Sekian,,
Tiara